Minggu, 07 Agustus 2011

untuk dokter dan mahasiswa kedokteran.. #part 1

oleh: Nada binti 'Abdul 'Aziz Muhammad Al-Yusufy
dari note seorang teman di FB

بسم الله الرحمن الرحيم
Dengan nama Alloh yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang

Tidak diragukan sesungguhnya orang yang berakal dan melihat (sesuai dengan kedudukan dan kekhususannya) mengetahui bahwa umur itu singkat, hembusan nafas ada habisnya, dan sesungguhnya kematian itu datang dengan tiba-tiba.. Dokter- karena cirinya yang khusus- adalah manusia yang paling banyak hidup dengan pemahaman ini, karena sesungguhnya mereka merasakannya setiap hari, bahkan dalam sehari terkadang lebih dari satu kali mereka menyaksikan tatapan mata kematian jelas di depan pandangan mereka.

Mereka menyaksikan kehadiran tatapan kematian demi tatapan kematian….sebab mereka sehari-hari hidup bersama derita orang sakit saat diambang kematiannya. Karenanya, secara tabiat jika dikaitkan dengan keumuman manusia seharusnya mereka adalah orang paling banyak ma'rifatnya kepada Alloh dan paling banyak rasa takutnya kepada-Nya. Akan tetapi –dengan kesedihan yang mendalam- sungguh sangat sedikit dari mereka di zaman ini yang menaruh kepentingan besarnya sebagai seorang dokter untuk berdakwah kepada agama Alloh.[3]


Mereka (Orang-Orang Yahudi dan Nasrani) Berangan-angan Seandainya Kalian Kafir.

Musuh-musuh Islam dengan beragam jenis mereka, warna-warna kulit mereka, dan negeri-negeri mereka, sangat berambisi menguasai ilmu kedokteran dan mencapai tingkatan tertinggi dalam bidang ini. Tidak diragukan dan disangsikan lagi, sesungguhnya maksud terbesar mereka adalah merebut pengaruh untuk keberhasilan dakwah kepada agama mereka, atau mengeluarkan seorang muslim dari agamanya sehingga ia hidup tanpa agama.

Bacalah perkataan mereka, "Dimanapun kamu mendapati manusia, kamu akan mendapati ada penyakit, dan dimana ada penyakit, ada kebutuhan pada dokter, dan di mana ada kebutuhan pada dokter, maka di sana ada kesempatan untuk misi kristenisasi." Demikianlah para missionaris itu mengambil kedokteran sebagai kedok untuk mendekati orang-orang sakit.

Baca juga perkataan salah seorang dari mereka, dr. Bell Harrison dalam bukunya "Dokter di Negeri Arab", ia berkata, "Sesungguhnya seorang missionaris tidak akan rela mengembangkan rumah sakit sekalipun manfaat rumah sakit tersebut telah mencapai wilayah (Oman) seluruhnya. Sungguh kami telah didapati di negeri Arab bahwa kami menjadikan kaum laki-lakinya dan kaum perempuannya menjadi nasrani."

Dia telah benar dalam perkataannya padahal dia seorang pendusta, maka sungguh dia telah menerangkan tentang satu perkara yang dia kerjakan walaupun dia mengelak dan membela diri dari hal tersebut.

Shadaqalloh… Maha benar Alloh. Siapakah yang lebih benar perkataannya dari Alloh? Dan siapakah yang lebih benar ucapannya dari Alloh?
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ (البقرة: 120)
"Orang-orang yahudi dan nasrani tidak akan pernah ridho kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka" (Al-Baqoroh: 120)

Karena itu, sebagian mereka tidak akan mengobati orang sakit selamanya kecuali setelah menggiringnya kepada doktrin bahwa yang menyembuhkannya adalah al-Masih. Dan di negeri Habasyah (Etiopia), pengobatan tidak akan dimulai kecuali setelah orang yang sakit membungkuk dan meminta Al-Masih untuk menyembuhkannya.

Berkata Ir. Haris dalam nasihatnya kepada seorang dokter yang berangkat untuk misi kristenisasi, "Wajib atasmu untuk mempergunakan kesempatan agar kamu sampai pada telinga dan hati-hati kaum muslimin, maka kokohkanlah mereka dengan injil. Jangan anggap remeh (menjadi) dokter di klinik-klinik dan rumah sakit-rumah sakit karena ia adalah kesempatan yang paling berharga. Mungkin saja setan akan menghalangimu. Setan berkata, 'Sesungguhnya tugasmu hanya sebagai dokter saja, bukan kristenisasi'. Maka janganlah kamu mendengar perkataan setan tersebut".[4]

Telah berdiri sebuah organisasi kristenisasi dengan nama Amal Keberkatan Internasional (ed-). Organisasi ini di bawah organisasi Jaringan Penyebar Berita Al-Masih yang diketuai oleh seorang missionaris Amerika bernama Bet Robertson, salah seorang kandidat pemilihan Amerika Serikat tahun 1987. Organisasi tersebut berdiri untuk menyediakan pesawat Lokhed (L-50-1011) (ed) untuk misi ke rumah sakit-rumah sakit. Penerbangan yang besar dengan biaya 25 juta dolar Amerika, di lengkapi dengan segala perlengkapan bedah dan pengobatan. Penerbangan ini menjelajahi berbagai negeri dan singgah di daerah tertentu yang telah dipilih untuk mengulurkan bantuan dan melaksanakan misinya selama satu minggu sampai sepuluh hari.

Ia memulai pelayanannya dengan lawakan, akan tetapi hakikat dari lawakan ini adalah mengkristenkan manusia. Sebelum memulai anamnesis dan pengobatan, seorang akan ditanya tentang agamanya, kemudian diminta untuk mendengarkan ceramah selama 10 menit seputar Isa Al-Masih dan agama nasrani. Tema utama adalah tentang kedermawanan sang juru selamat, al-Masih (menurut anggapan sesat mereka). Kemudian ia di beri buku-buku dan selebaran-selebaran dengan sembunyi-sembunyi dan diminta untuk mempelajarinya serta hadir ke alamat yang telah ditentukan setelah beberapa hari..!! rumah sakit, ilmu kedokteran, adalah modal pokok kristenisasi… Apakah ummat satu milyar ini (ummat Islam) tidak mampu untuk menghadang gerakan kristenisasi semisal ini??.[5]

Inilah usaha kristenisasi pendeta nasrani dan perekrut calon-calon penginjil. Kedokteran dalam kedudukannya sebagai pekerjaan sosial yang mulia senantiasa menjadi bidikan mereka guna merusak hati dan ruh (kaum muslimin). Dan mereka dengan usaha seperti ini ibarat pencuri yang memakai topeng.

Semoga Alloh merahmati Imam Syafi'i atas apa yang ia sesali dari berpindahnya ilmu kedokteran kepada ahlul kitab, ketika beliau berbicara mengkritik orang-orang Islam (waktu itu) yang berlebih-lebihan dalam ilmu kedokteran. Beliau berkata, "Abaikan tiga ilmu, dan serahkan ia pada orang yahudi dan nasrani" Seakan-akan beliau mengisyaratkan pada buruknya dampak penguasaan ahlul kitab pada ilmu kedokteran, seperti berpalingnya mereka dari akhlak kedokteran dan jauhnya mereka dari akhlak dan adab yang baik. Imam Syafi'i mengucapkan perkataan ini pada zaman beliau, dimana waktu itu ahlul kitab tidak mempunyai taring dan tidak punya kekuatan, mereka tidak bisa merajalela berbuat kekejian terhadap sekeliling mereka, tidak sebagaimana keadaan mereka pada hari ini. Maka apakah kiranya yang akan beliau katakan seandainya beliau mendapati keadaan orang-orang barat seperti pada hari ini?.[6]

Karenanya, bidang kedokteran adalah pintu paling luas yang dimasuki dai-dai nasrani. Mereka masuk dari pintu ini ke negeri-negeri kaum muslimin dan selainnya untuk memurtadkan penduduknya.. Tidak ada penghalang bagi orang semacam mereka untuk berinvestasi dalam bidang kedokteran guna menyebarkan agama nasrani.

Seperti yang telah kita ketahui, sesungguhnya ribuan bahkan jutaan orang telah berpindah dari Islam menjadi nasrani dari pintu gerbang ini. Dan di Indonesia adalah contoh yang jelas dari investasi busuk mereka. Mereka berdakwah kepada agama nasrani dengan cara-cara penyesatan dan pemalsuan serta dengan penanaman modal pada sektor yang menyangkut kebutuhan orang banyak.

Jika keadaannya seperti ini, maka apakah sepantasnya tubuh-tubuh kaum muslimin bergetar jika kami katakan bahwasanya dunia kedokteran adalah lapangan paling luas untuk berdakwah kepada Alloh ‘Azza wa Jalla. Seakan-akan mereka menyangka pada kami bahwa kami menginginkan agar dokter diinjak-injak dan ditinggalkan supaya dokter mau mengikuti muhadharah (ceramah agama)..! Tidak… kami tidak menginginkan hal itu. Kami hanya menginginkan (memberi) nasihat yang baik dengan cara yang benar dan memperingatkan dari perpecahan dan menunjukkan perkara-perkara (yang baik) yang bisa dilakukan seorang dokter atau perkumpulan dokter.

Kami berangan-angan suatu saat kami melihat bidang kedokteran adalah yang paling giat menyebarkan dakwah dan mendorong manusia kepada kebaikan. Tidaklah kami meminta agar balai-balai kesehatan dan rumah sakit-rumah sakit diganti menjadi kamar-kamar muhadharah dan mimbar-mimbar nasehat. Kami hanya ingin agar dokter-dokter mau menginvestasikan kedududukan mereka yang mulia (sebagai dokter) supaya mereka berbuat kebaikan sebatas apa yang bisa mereka lakukan dan mengurangi perselisihan sebatas kemampuan mereka. [7]

Dan yang menambah keyakinan kami akan pentingnya dakwah dalam lapangan kedokteran, dan bahwasanya rumah sakit-rumah sakit merupakan tanah yang subur untuk berdakwah adalah karena kedokteran bertalian erat dengan kehidupan manusia. Siapakah di antara manusia yang tidak pernah sakit? Siapakah di antara manusia yang kesehatan tidak terganggu akibat sakit dan kelelahan? Semua manusia seperti itu (mengalami sakit) –kecuali yang dikehendaki Alloh-.

Karenanya kamu lihat manusia bersegera mencari penyembuhan dan sangat menginginkan obat, dan mereka membayar itu semua dengan mahal. Walau demikian, semua itu masih lebih murah jika dibandingkan dengan nikmat kesehatan.[8] Musuh-musuh kita telah mengetahui hal ini, maka mereka memanfaatkannya dengan sungguh-sungguh. Tidaklah suatu negeri ditimpa bencana ataupun musibah, melainkan dokter-dokter salib itu datang memberi obat dengan satu tangannya dan salib dengan tangannya yang lain.


Inilah Problem Kita…!!

Ketika seseorang membolak-balikkan pandangannya pada rumah sakit-rumah sakit kita dan balai-balai kesehatan kita, dan ia merenungi kondisi praktek kesehatan pada hari ini, maka pandangannya akan kembali kepadanya dalam keadaan letih. Bukan karena pelayanan yang kurang pofesional, bukan karena peralatan yang kurang canggih, bukan juga karena kurangnya spesialisasi, akan tetapi karena lemahnya asas (pondasi) kesehatan kita, lemahnya system tempat kita bekerja, lemahnya aturan-aturan dan program-program kerja kita, yang kebanyakannya berisi kebijakan membangun rumah sakit-rumah sakit apa saja di negeri-negeri Islam.

Di mana pemikiran untuk membuat kebijakan yang di dalamnya terlihat ada pemisah antara laki-laki dan wanita?? Ada tempat-tempat sholat dan yang mengarah kepadanya?? Insan kedokteran kita lebih memilih cara-cara kafir dan mengutamakan cara-cara kafir itu, dan tidak ada upaya pembersihan pangkal masalah ini guna meletakkan kuliah kedokteran (yang benar) di sisi kita dan mengalihkannya secara syar'i agar kuliah kedokteran menjadi Islamy.

Problem kita yang pokok pada hari ini adalah bahwa kita telah mewarisi kedokteran dari cara-cara barat, mau atau tidak mau. Cara-cara barat yang kita jiplak kita tiru secara total dalam cara dan metode pembelajaran, dalam karakter materi yang diajarkan, kemudian dalam prakteknya dan hal-hal yang lebih khusus lagi, hingga dalam cara memeriksa pasien. Barat, bagi mereka system, budaya, ikatan yang mereka melihat hukum dari sudut pandang ini. Sementara bagi kita ada akidah kita, ada agama kita dan pemahaman kita tersendiri. Dan pengetahuan kita akan semua ini seharusnya menuntun kita untuk memperbaiki pokok dan asas terlebih dahulu. Mengapa seorang mahasiswa kedokteran (laki2) –misalnya- diharuskan menolong persalinan dan melabrak hukum dan syariat (Islam)..?! Apakah karena "George" dan "Smit" telah menetapkan semua itu..?![9]

Islam menolak semua cara-cara barat itu dari kedokteran. Juga dari dokter-dokter di mana cara-cara itu telah merasuk kuat dalam dirinya. Tidaklah ia mengetahui urusan dunia kecuali sedikit. Dan tidaklah ia mengetahui urusan akhirat kecuali sangat sedikit. Dan sesungguhnya telah kita terapkan cara-cara ini dalam kedokteran dan dokter-dokter kita yang kita ambil dari kedokteran barat modern. Hasilnya hanya menambah kemunduran dan kelemahan bagi kita setiap kali kita mengutamakan cara-cara ini.

Kita semua tahu bagaimana keadaan dokter dalam sejarah Islam. Bagaimana menimbang antara ilmu dan amal, dan antara budaya-budaya yang beragam dan muatan Islam yang benar, maka menjadi lengkap dan sempurna dua sifat yang terbit dari fajar Islam (menimbang ilmu dan amal, menimbang budaya lain dengan budaya Islam). Keduanya menuntut adanya kepribadian muslim yang benar. Maka peganglah dua sifat ini dalam kedokteran, karena sesungguhnya kepentingan kedokteran dan dokter adalah kerjasama yang efektif guna membentuk manusia yang sehat, apakah dengan mengobati orang yang sakit atau melindunginya dari penyakit.

Pengobatan tidak terbatas pada pemahaman arti sehat dan sakit yang sempit, akan tetapi dengan maknanya yang lengkap dan menyeluruh sebagaimana yang nampak dari pemahaman Islam. Apabila seorang dokter muslim mengetahui dengan pasti makna sehat yang luas, yang mencakup keseluruhan hidup manusia; jasmani, akal, dan rohani, akhlak dan tingkah laku, fitrah dan perbuatan yaitu "As-salaamah wa sihhah (selamat dan sehat)", sebuah pemahaman yang unggul dibanding yang lain dari sisi keutamaan, yang mana dengannya hidup individu dan masyarakat akan baik, maka ia akan mampu mengembangkan kedokteran yang akan menjadi pembuka dalam mengilmui kedokteran secara benar, dan menjadi cahaya yang menunjuki kehidupan manusia yang telah kelam oleh gelapnya kehidupan.[10]

Maka sepatutnya bagi dokter dan mahasiswa kedokteran setelah mendapati kenyataan ini berusaha dengan sungguh-sungguh untuk berbenah diri, dan membangun potensi dirinya dengan sempurna, tidak hanya belajar kedokteran saja, akan tetapi belajar juga akhlak-akhlak kedokteran, adab-adab seorang dokter dan hal-hal yang dibutuhkan berupa bekal syar'i sebagai seorang pribadi muslim.

Janganlah seorang dokter memakai jas putih, lantas ia melepaskan diri dari semua ikatan yang dia anggap tidak ada sangkut-pautnya dengan kedokteran. Akan tetapi wajib baginya agar dengan jas putihnya menjadi seorang dokter sekaligus pendidik dan da'i yang memperbaiki (muslih) yang menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar. Maka kedokteran dan dakwah adalah dua hal yang saling terkait. Dan tidaklah orang nasrani lebih unggul darinya dalam hal ini.


Dokter Da'i : Dokter Muslim atau Muslim Dokter..?

Yang pertama yang membuat dokter da'i berbeda (dengan yang lain) adalah keberadannya sebagai muslim dokter, bukan hanya sebagai dokter muslim saja. Maksudnya, sebelum yang lain-lainnya, yang menjadi prioritas utamanya adalah Islam. Adapun profesi kedokteran, hanya sebagai wasilah dalam berkhidmat untuk Islam. Kemudian dia bekerja untuk dunia, menjadi prioritasnya yang kedua. Ia megetahui hal itu dari firman Alloh ‘Azza wa Jalla:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ (الذاريات: 56)
"Dan tidaklah Aku (Alloh) menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah kepada-Ku" (Adz-Dzaariyat: 56)

Sesungguhnya penjelasan tentang muslim dokter adalah: bahwasanya menjadi keharusan setiap dokter untuk menjadi suri teladan yang baik, menjadi contoh yang sebaik-baiknya dalam Islam dengan keberadaannya sebagai dokter. Maka alangkah buruk seandainya perkataannya berbeda dengan perbuatannya, kenyataan berbeda dengan teladan yang ia anjurkan, dan alangkah besarnya bahaya yang terjadi karena prilakunya yang kontradiksi ini. Berbahaya di dunia bagi pasiennya, mahasiswanya, dan juga perawatnya. Belum lagi di akhirat baginya siksa yang pedih di sisi Alloh. [11]

Maka seorang muslim dokter adalah da'i ilalloh yang sesungguhnya. Ia mempunyai kedududukan yang utama. Sesungguhnya dunia tempat ia bekerja ia jadikan ladang yang besar untuk berdakwah kepada agama Alloh 'Azza wa Jalla dan untuk beramar ma'ruf nahi mungkar memperbaiki keadaan ummat manusia. [12]

Sesungguhnya dakwah ilalloh membutuhkah keikhlasan, beramal hanya untuk Alloh semata. Juga membutuhkan perbaikan, penyucian dan pembersihan jiwa. Dan hendaknya seorang da'i mengetahui fiqih dakwah ilalloh sesuai dengan manhaj yang Alloh syariatkan untuk hamba-hamba-Nya. Hal tersebut membutuhkan keteguhan seorang dokter untuk tetap berpegang dengan agamanya menghadapi persoalan-persoalan yang berkenaan dengan pekerjaannya sehari-sehari. Hendaknya ia banyak bertanya kepada Ahlul Ilmi sebagaimana yang Alloh firmankan;
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ (الأنبيآء: 7)
"Maka bertanyalah kepada Ahluz-zikr (orang yang berilmu) jika kalian tidak mengetahui" (al-Anbiyaa': 7)

Dan bermajelis dengan ulama serta menghadiri sebagian halaqah ilmu dan menuntut ilmu secara khusus. [13]


Apakah itu Kesempatan Emas Bagi Dokter Muslim..?

Dalam kisah Ash-haabul Ukhdud seorang anak muda telah mendahului kita yang Alloh menjadikan baginya suatu keistimewaan. Maka sungguh dengan izin Alloh dia mampu menyembuhkan orang yang buta, orang yang terkena penyakit kusta, dan orang yang picak matanya.

Anak muda tersebut tidak mengobati seseorang kecuali setelah ia berkata kepada orang tersebut, "Apabila kamu mau beriman kepada Alloh dan masuk ke dalam agama Islam, aku akan berdo'a kepada Alloh untuk menyembuhkanmu". Maka berimanlah seorang menteri raja yang sebelumnya buta dan banyak lagi orang-orang yang beriman kepadanya. Kemudian ia mengabdikan hidupnya sepenuhnya untuk meninggikan kalimat Alloh, maka masuk Islamlah penduduk desa bahkan beriman pula penduduk satu kota seluruhnya dengan sebab seorang thabib muslim yang memanfaatkan sarana pengobatan untuk berdakwah kepada Alloh Ta'ala.

Da'i ilalloh secara umum di masyarakat menemui hambatan yang besar dan perlawanan yang keras, serta banyak orang yang menentangnya sehingga ia tidak sanggup menyampaikan maksud yang diinginkan berupa pemikiran Islam. Akan tetapi dokter, ia mempunyai kesempatan emas yang hampir-hampir kesempatan seperti itu tidak ditemukan pada orang-orang selain mereka. Dokter bekerja bersama orang (sakit) dengan kondisi mereka yang lemah. Dan orang ketika sakit atau mendekati kematiannya maka ia akan lebih banyak pasrah untuk memperkuat hubungannya dengan Alloh, berbeda dengan orang lain yang masih sehat. Disana akan nampak penerimaan mereka yang membuat senang kebanyakan dokter. Keadaaan seperti ini tidak didapati oleh kaum muslimin yang lain yang sama-sama berdakwah di jalan Alloh di tempat yang berbeda.


Dari Mana Kita Memulai Mempersiapkan Dokter Da'i..?

Dari kuliah-kuliah kedokteran dimulai persiapan. Persiapan yang kami maksudkan adalah persiapan ilmu kedokteran dan persiapan dakwah untuk agama ini. Adapun yang pertama (persiapan ilmu kedokteran), maka fakultas-fakultas kedokteran kita adalah yang memegang peran paling penting. Dan adapun mengenai persiapan dakwah agama, kami harapkan persiapan ini benar-benar dikuasai oleh mahasiswa kedokteran agar ia bisa menjadi dokter da'i, bahkan menjadi seorang da'i walaupun ia masih bergelut dengan pelajarannya di bangku kuliah. Hendaknya ia faham tentang hakikat Islam, tentang akidah dan syari'at Islam, tentang akhlak, budi pekerti, maksud dan tujuan Islam. Jangan sampai semangat dakwahnya berkobar begitu saja kemudian padam atau hanya sekedar rasa yang menyala namun tidak ada jawaban (tindakan) dalam kehidupan nyata. Akan tetapi hendaknya ia menjadi fajar yang terang di ufuk peperangan antara kebenaran melawan kebatilan, peperangan Islam melawan musuh-musuhnya. Hendaknya ia menjadi insan muslim yang berbuat dan berkata dengan akhlak Islamy.


Dosen-Dosen dan Pengelola Kedokteran

Wajib bagi dosen kedokteran untuk menjadi teladan bagi para mahasiswa dan mahasiswinya dalam mencontohkan Islam dengan sebaik-baik contoh. Mahasiswa belajar dari mereka untuk meminta izin kepada pasien ketika hendak memeriksanya, mendoakannya, ramah dengannya dan mengelus rambutnya. Mahasiswa belajar dari mereka untuk bertanya kepada pasien tentang keadaannya, apakah sudah bersuci dan sholat?

Mahasiswa belajar dari mereka untuk menjadi lampu penerang kebaikan yang selalu mengkaitkan antara kedokteran dengan dakwah dalam setiap pelajaran, dihadapan semua pasien, dan dalam setiap pertemuan. Mahasiswa belajar dari mereka bahwa keadaan darurat itu ada batasan-batasannya maka tidak boleh menyingkap aurat kelewat batas. Mahasiswa belajar dari mereka agar menjawab adzan ketika dikumandangkan dan bersegera menunaikan shalat berjama'ah pada waktunya. Mahasiswa belajar dari mereka agar menundukkan pandangan dan berakhlak dengan akhlak haya' (malu). Mahasiswa belajar dari mereka sikap santun dan lemah lembut dalam bermuamalah, tersenyum, ramah, serta bermanis muka.

Hendaknya mahasiswa (juga) mengingatkan dosennya (jika ada yang salah) tentang pengaruh dari tingkah laku mereka, entah diterima ataupun tidak, karena sesungguhnya pengaruhnya sangat besar sekali. Hendaknya mahasiswa meluangkan waktu untuk berbincang-bincang dengan mereka dan mengingatkan mereka walupun cuma sebentar. Dan hendaklah para dosen menerima semua itu agar mereka senantiasa menjadi suri teladan yang baik karena yang senantiasa mereka lakukan adalah mengobati orang yang sedang sakit.

Jika dokter-dokter itu keluar untuk mengobati pasien yang lemah bertambah-tambah hendaklah mereka membiasakan diri dengan kebiasaan-kebiasaan baik agar mereka mendapat bagian pahala mereka, juga pahala orang yang mengikuti mereka hingga hari kiamat.

Ucapan dosen menempati tempat yang khusus di hati mahasiswanya. Alangkah indahnya seandainya dosen-dosen tersebut mengajarkan kepada mahasiswanya untuk berbuat yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar. Alangkah berpengaruhnya perkataan dosen pada mahasiswa yang suka bersolek. Alangkah berpengaruhnya perkataan mereka bagi mahasiswa yang masih suka merokok, yang melalaikan sholat atau yang suka mengumbar pandangan.

Berapa banyak dari dosen yang merasa khawatir dengan mahasiswa dan mahasiswinya yang perangainya keras untuk menyampaikan kebenaran, dan mendakwahi mereka dengan hikmah dan menasehati mereka dengan baik. Maka hendaklah ia meredakan emosi mereka dan meluruskan bantahan mereka, menimbang kesalahan mereka di atas jalan kebaikan dan amar ma'ruf nahi mungkar. Cara terbaik menolong mereka adalah bergaul dengan mereka dengan menyelisihi (dan meluruskan) jalan mereka yang keliru dan mungkar.

Wajib bagi para dosen untuk mengingatkan mahasiswanya bahwasanya kita mewarisi kedokteran dari kedokteran barat, kita menerima dan mengadopsinya utuh. Wajib bagi kita berusaha sungguh-sungguh "meng-Islamkan" kedokteran agar praktek kedokteran mengandung nilai-nilai Islamy. Satu keharusan bagi para dosen menanamkan perkara ini dalam jiwa mahasiswanya, agar mahasiswa mementingkannya dan (menyadari bahwa) ia membawa satu kepentingan dan tujuan (meng-Islamkan kedokteran). Ia mengemban tugas untuk ikhlas dan teguh menuntut ilmu kedokteran. Di saat yang sama ia (berusaha) berkarya mandiri dan lepas (tidak tergantung) dengan lembaga-lembaga barat. Maka ia punya pemikiran sendiri dan perkumpulan sendiri yang sesuai dengan nilai-nilai dan syariat Islam yang mulia. Sehingga bebas dari taklid, membeo, dan terlalu kagum dengan model-model kedokteran barat.

Hendaknya para dosen mengajarkan para mahasiswanya agar percaya diri sebagai pribadi-pribadi muslim. Sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Syaikh Ali Tanthawy, "Kita punya dokter-dokter, kita punya rumah sakit-rumah sakit, dan kita punya peralatan dan sarana kesehatan. Kita punya semua itu, akan tetapi kita tidak punya kepercayaan pada diri kita sendiri. Apabila kita percaya pada diri-diri kita dan pada dokter-dokter kita, dan dokter memeriksa kembali diri-diri mereka, akan lenyap kelemahan pada diri mereka dan menjadi sempurna keutamaan mereka, maka kami tidak akan membutuhkan dokter-dokter selain mereka. [14]

Wajib bagi para dosen dan pendidik untuk menggembleng cita-cita mahasiswa dan mahasisiwi mereka untuk berdakwah kepada agama Alloh. Hendaknya mereka membentuk semacam perkumpulan dakwah di tengah-tengah mahasiswa-mahasiswi kedokteran.[15] Juga hendaklah dosen dan pembimbing yang terhormat bersemangat dan sungguh-sungguh menjauhkan mahasiswanya dari tempat-tempat fitnah dan syubhat. Kewajiban mereka tidak akan sempurna kecuali setelah melaksanakan semua ini.
Wajib diperhatikan oleh komite yang bertanggung jawab dalam hal pembelajaran dan pembuatan kurikulum untuk membekali mahasiswa kedokteran dengan bekal Din (agama) dan bekal dakwah, yakni berupa hal-hal yang perlu diketahui seorang dokter dalam kehidupannya sehari sehari-hari, seperti hukum-hukum seputar thaharah (bersuci), hukum-hukum seputar shalat, menghilangkan najis, hukum-hukum dari tindakan-tindakan kedokteran yang sehari-hari dilakukan, cara bergaul dan hukum-hukum tentang berbagai hal lainnya.

Dokter dalam perjalanan hidupnya butuh kefaqihan (berilmu serta pandai) menjelaskan hukum-hukum syar'i, karena dia sehari-hari berhadapan dengan orang-orang sakit yang butuh fatwa tentang thaharah (bersuci), shalat dan puasa. Sebelumnya, ia hidup dalam lingkungan yang bercampur baur sehingga ia butuh penjelasan tentang hukum-hukum bergaul dengan wanita dan orang-orang kafir dan yang selainnya. Sebagian kuliah kedokteran –alhamdulillah- menaruh perhatian besar dalam masalah ini dengan menempatkan mata pelajaran akhlaq-akhlaq Islamy dalam kurikulum pembelajarannya.

Wajib diperhatikan juga dengan seksama kebutuhan-kebutuhan belajar mahasiswi (secara khusus) dan target selanjutnya. -Sebagai contoh- hendaknya mahasisiwi kedokteran dibekali pengetahuan dan keterampilan yang cukup tentang segala hal yang berkenaan dengan kedokteran wanita dan obstetri, tentang semua penyakit yang mungkin mengenai wanita sebagaimana halnya yang menimpa laki-laki, serta bagaimana seharusnya bergaul dengan pasien-pasien wanita tersebut.

Sebelumnya, hendaklah para mahasiswa mempelajari ilmu kedokteran (yang berkenaan dengan) wanita dan obstetri dengan kadar yang sewajarnya, tidak diharuskan mereka membuka aurat yang berat (aurat mughallazhah) seorang wanita, dan jangan sampai mereka melabrak hukum-hukum syariat dalam hal aurat dan kondisi darurat.

Sangat perlu diadakan dauroh (kajian-kajian agama) bersama para ulama yang mulia dan Tholabatul 'Ilm (penuntut ilmu agama) dan mengadakan pertemuan terbuka dengan mereka. Perlu juga perhatian khusus untuk mengadakan musabaqah (perlombaan) menghafal Al-Qur'anul Karim, Sunnah Nabawiyyah dan matan-matan ilmiyah, dalam rangka memberi semangat kepada para mahasiswa dalam moment di mana komite-komite dakwah kedokteran bisa saling bertemu. Juga bersemangat mengadakan rihlah (safari) dan semacamnya untuk tujuan berdakwah. Dan perlu perhatian secara khusus peran dakwah mahasiswi.


Mahasiswa Kedokteran

Sesungguhnya harapan dan tujuan mempersiapkan dokter da'i adalah terbentuk mahasiswa kedokteran yang teguh dengan agamanya, merasa mulia dan kuat dengan Islam, dan ia sadar bahwa ia punya kewajiban yang tidak bisa dielakkan yang harus ia ketahui dan tunaikan. Ia sadar akan kewajibannya bahwa ia harus itqon (profesional/menguasai bidangnya) dan ikhlas serta berniat ibadah kepada Alloh dalam menuntut ilmu kedokteran ini. Amal itu hanyalah dengan niat, dan balasan yang diterima setiap orang tergantung dari apa yang ia niatkan. Ia sangat yakin bahwa ketika ia mengikhlaskan niatnya untuk Alloh semata, mengharap wajah-Nya, dan mencari keridhoan-Nya, dan mengabdikan dirinya untuk berdakwah kepada agama-Nya, maka urusannya akan dimudahkan (oleh Alloh) dari arah yang tidak disangka-sangkanya, akan diberkahi waktunya, amalnya, dan ilmunya. Ia akan senantisa diberi pahala selama ia menuntut ilmu karena Alloh dan tidak melupakan-Nya walau sesaatpun.

Wajib bagi mahasiwa kedokteran untuk mengikhlaskan niat menuntut ilmu kedokteran, benar-benar mapan dalam belajar dan beramal dan terus mengembangkan pengetahuannya dengan ilmu-ilmu baru lainnya sekalipun ia telah memperoleh tingkatan ilmiah yang tinggi. Alloh berfirman,
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ (المجادلة: 11)
"Agar Alloh mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan Alloh Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan" (Al-Mujadilah: 11)

Maka seorang dokter yang profesional dan memiliki pengetahuan dan pemahaman yang luas, tidak diragukan akan lebih diutamakan dari yang lainnya. Perkataannya akan didengar, pendapatnya akan diterima. Kelebihan dan keunggulannya ini adalah modal dakwah yang sangat baik dalam muktamar-muktamar ataupun pertemuan-pertemuan ilmiah.

Inilah dua kunci...profesional dan ikhlas menuntut ilmu.....bangga dengan Islam, menjaganya, dan mereguk ilmu-ilmunya sebatas kemampuan untuk menunaikan kewajiban dakwah, di mana kewajiban dakwah merupakan kewajiban setiap orang yang dipanggil dengan nama Islam...!!

Sesungguhnya orang yang hidup hanya untuk dirinya sendiri tanpa memikirkan orang yang ada disekitarnya, tidak punya keinginan berdakwah, tidak mau menyibukkan dirinya satu jam dalam seminggu untuk menuntut ilmu syar'i dan menghafal sebagian Al-Qur'an, tidak terfikir di kepalanya berkhidmat untuk Islam lewat ilmu kedokteran ini, sekilas terlihat hidupnya tampak lapang. Akan tetapi hakikatnya ia hidup sebagai orang kecil dan mati sebagai orang kerdil. Adapun orang besar, adalah orang yang berani memikul cita-cita yang besar ini, berdakwah..!! masih adakah tersisa waktu tidur untuknya??! Masih adakah waktu tersisa untuk bersantai-santai??! Masih adakah kasur yang empuk untuknya??! Sungguh Rosululloh Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam, seorang yang benar-benar faham tentang hakikat urusan ini, maka beliau berkata kepada Ummul Mukminin Khadijah Radhiallohu 'anha, "Telah berlalu waktu tidur wahai Khadijah". Maka kami katakan, "Telah berlalu waktu tidur (lelap) wahai mahasiswa kedokteran"

Jangan sampai kalimat dan pemaparan kami ini difahami salah sehingga membuat sebagian mahasiswa kedokteran mundur, lalu dengan cepat mereka berasumsi bahwa tidak ada waktu luang sama sekali (bagi dokter yang terjun berdakwah). (akan tetapi yang kami maksudkan :) Merupakan kewajiban setiap mahasiswa dan mahasiswi kedokteran benar-benar mempersiapkan diri mereka untuk berdakwah dalam sebagian umur yang mereka miliki, mencamkan (bahwa mereka punya) tujuan dakwah, dan menempuh jalan yang bisa mengantarkan mereka menjadi dokter muslim da'i (Yaitu):

1,- Perkara yang paling dibutuhkan oleh seorang dokter adalah kejujuran, jujur bersama Alloh dan jujur dengan dirinya sendiri. Profesional dan ikhlas beramal. Berbicara diikuti tindakan. Ia jadikan akhlak dan semangat yang tinggi menjadi kebiasaannya.

2,- Berdakwah kepada agama Alloh di atas bashirah (ilmu) adalah kewajibannya, khususnya mendakwahi orang-orang sekitarnya dan masyarakat sekelilingnya. Ia bergaul dengan orang-orang tua dan anak-anak, orang-orang baik dan orang-orang fajir, orang Islam dan orang kafir. Untuk masing-masing ada cara tersendiri untuk mendakwahi mereka, ada pintu (metode) tersendiri untuk memperbaiki kondisi mereka. Akan tetapi hendaknya seorang dokter memulai mendakwahi dan memperbaiki dirinya sendiri sebelum orang lain, agar ia senantiasa menjadi teladan dengan perbuatan dan akhlaknya.

Ada beberapa cara yang penting untuk membentuk kepribadian seorang da'i, di antaranya :

pertama: memperbaiki dan mendidik diri sendiri di atas keimanan dan ketakwaan. Sesungguhnya seorang da'i berdakwah dengan perbuatannya sebelum ia berdakwah dengan perkataannya, karena ia ibarat penawar untuk penyakit yang banyak. Maka siapa yang tidak bersenjatakan takwa, ia tidak akan sanggup menunaikan kewajiban dakwah ini dengan baik.

kedua: wajib membersihkan jiwa dari sifat-sifat yang tercela, seperti sifat tergesa-gesa, kasar dan jahil, gegabah, penakut, pelit, malas, dan sifat-sifat tercela lain.

ketiga: hendaknya ia mempelajari ilmu syar'i yang dibutuhkan. Menuntut ilmu syar'i ada tingkatannya dan hendaklah ia tertib. Semua ilmu yang ia peroleh semata-mata karunia Alloh yang telah memberikan semangat dan kemapuan kepadanya. Barangsiapa yang Alloh menghandaki kebaikan untuknya, maka Alloh akan memahamkannya tentang agama.

keempat: hendaknya ia belajar keterampilan berkomunikasi untuk membantunya membina hubungan yang baik dengan orang lain, dan menjadikan ia pribadi yang dicintai dan disenangi orang lain.

kelima: hendaknya ia belajar cara-cara berdakwah, seperti keterampilan berdiskusi, lapang dada, peka dengan keadaan sekitar, pandai membina kerjasama, dan lain-lain.

keenam: hendaknya ia mempelajari washilah (sarana) berdakwah yang dapat membantu mempermudah penyampaian dakwah kepada masyarakat.

ketujuh: hendaknya ia belajar manajemen diri yang baik. Bagaimana seharusnya ia mengatur waktunya dan hidupnya dalam rangka berkhidmat untuk dakwah ilalloh. Sebagai contoh ia belajar manajemen waktu, manajemen organisasi, dan yang semisalnya.

Di antara perkara yang membantunya mewujudkan hal-hal di atas adalah bergaul dengan Ahlul 'Ilmi (ulama) dan Du'at-Du'at ilalloh 'Azza wa Jalla. Saling bekerja sama dan berlatih berdakwah. Mengunjungi yayasan-yayasan dakwah. Bersilaturrahim dengan orang-orang yang sudah lama berdakwah serta belajar dari pegalaman mereka. Selain itu, membaca tulisan-tulisan yang pernah ditulis para du'at, dahulu ataupun sekarang.

Hal yang perlu diperhatikan, bahwa da'wah ada urutan-urutan dan tingkatan-tingkatannya. Dan setiap muslim bisa berdakwah sesuai kemampuan yang Alloh berikan kepadanya. Maka bersemangatlah menggapai derajat yang tertinggi. Akan tetapi, jangan sampai banyaknya kesulitan dan rintangan serta panjangnya perjalanan membuatmu melenceng dari jalan dakwah. Keluarkan kesungguhan dan kekuatanmu..!! Di saat yang sama, bersemangatlah meningkatkan keterampilan dan kemampuanmu.

3,- Mendakwahi teman-teman belajar. Alangakah indahnya, demi Alloh, alangakah indahnya dakwah yang lembut kepada teman-teman dan santun kepada mereka saat sama-sama belajar...benar..(dengan itu) ummat akan memperoleh sosok yang mau berbuat dan sosok dokter muslim da'i. Hendaklah mahasiswa kedokteran mengerti cara berkomunikasi dan cara berdakwah yang baik. Dan hendaknya ia mengikuti jejak para ulama yang mulia dan du'at-du'at sebelumnya serta siapa saja yang telah mendahuluinya dari para dokter da'i pemilik akhlak yang tinggi dan hati yang bersih. Sesungguhnya dakwah kepada agama Alloh ‘Azza wa Jalla tidak terbatas pada satu lingkungan saja, akan tetapi harus ada di setiap waktu dan tempat. Tidak boleh berhenti karena hal-hal tertentu. Sungguh Nabi Yusuf ‘Alaihissalam tetap berdakwah kendatipun beliau dalam penjara.

Di antara perkara yang membantu mewujudkan hal-hal di atas:
ü membentuk perkumpulan mahasiswa dan menjadikannya sebagai mimbar dakwah kepada agama Alloh 'Azza wa Jalla. Sarana mendakwahi mahasiswa, berkumpul dalam rangka saling memberikan motivasi. Lebih-lebih sangat baik di adakan saat liburan musim panas.
ü Mengadakan pertemuan bersama mahasiswa dan memperhatikan bakat mereka. Mengadakan perlombaan dan acara-acara yang menarik untuk mahasiswa akan tetapi bisa menjadi sarana untuk mendakwahi mereka.
ü Bergandeng tangan bersama sebagian anggota tim pembelajaran dan dokter-dokter yang peduli dengan dakwah, mengadakan pertemuan dengan mereka, dan dengan mahasiswa-mahasiswa lainnya, serta bertukar fikiran bagaimana mengatasi banyaknya kesulitan-kesulitan (dakwah).
ü Menjadikan fakultas kedokteran sebagian tempat yang khusus, memfokuskannya (sebagai tempat atau media yang sangat baik) untuk berdakwah kepada agama Alloh ‘Azza wa Jalla.

4,- Menghafal Al-Qur'anul Karim dan "mempersenjatai diri" dengan mempelajari ilmu syar'i sesuai kemampuan. Dengan mengahafal Al-Qur'an akan memperbaiki dan menentramkan hati, menguatkan ingatan, menghidupkan jiwa dan ruh, menghilangkah kesedihan dan kegundahan, merasakan kedekatan dengan Alloh dan harapan yang kuat akan ganjaran pahala yang ada di sisi-Nya, serta merupakan amalan untuk meninggikan agama ini dan pemeluknya.

Ada sebuah pertanyaan yang diajukan kepada Syaikh Muhammad Ad-Duwaisy, berikut teks pertanyaannya:
"Saya seorang mahasiswa fakultas kedokteran, saya berharap Alloh senantiasa menyempurnakan nikmat-Nya kepada saya. Saya menghafal Kitabulloh (Al-Qur'an) dan belajar Ilmu Syar'i. Apakah metode yang utama (yang bisa saya tempuh) ketika menghafal Al-Qur'an dan mempelajari Ilmu Syar'i? Kitab apakah yang bisa saya baca dan bisa memberi faidah dan nasihat untuk saya? Dan cara bagaimanakah yang paling afdhal memuraja'ah (mengulang-ulang atau menjaga) hafalan Al-Qur'an?

Beliau Hafizhohullah menjawab:
Metode yang utama di antaranya:
Bersungguh-sungguh menuntut Ilmu Syar'i. Hendaknya engkau tahu bahwa ilmu tidak akan diperoleh dengan bersantai-santai. Maka wajib bersungguh-sungguh, teguh dan sabar agar engkau mendapatkannya. Bacalah kisah-kisah para salaf, bagaiamana kesungguhan mereka yang besar ketika menuntut ilmu. Dengan membaca sejarah meraka (insya Alloh) akan semakin menguatkan tekadmu.
b. Bergaul dan dekat dengan teman-teman yang punya kesungguhan menuntut ilmu dan saling tolong menolong.
Membaca sebagian kitab-kitab yang berbicara tentang 'Adab dan Manhaj (metode)' menuntut ilmu, seperti kitab "Hilyah Tholabil 'Ilmi" dan kitab "Jaami'u Bayaanil 'Ilmi wa Fadhlihi" dan matan-matan lainnya yang sudah terkenal di kalangan ilmiyah. Adapun metode untuk memuraja'ah hafalan banyak dan bermacam-macam. Setiap orang punya metode sendiri-sendiri sesuai keadaannya. Semoga Alloh senantiasa memberikan taufik-Nya kepadamu. [16]

5,- Mengadakan semacam liqo' (pertemuan) mahasiswa di musim liburan di bawah payung Fakultas, bekerjasama dengan Muassasah al-Khairiyyah al-Jami'ah di bawah bimbingan dan pengawasan dokter-dokter da'i. Dalam kegiatan ini umpamanya diisi dengan kegiatan dan acara-acara yang yang bermanfaat yang punya andil membangun generasi dokter da'i yang selalu dekat dengan Alloh, dekat dengan Alloh saat mereka bekerja atapun saat mereka diam.

Untuk mewujudkan hal tersebut, yakni untuk sampai pada tujuan kita berdakwah kepada agama Alloh, ada beberapa jalan yang bisa ditempuh mahasiswa kedokteran. Ia bisa memilih cara yang paling cocok untuk dirinya bersama teman-temannya sesuai keadaannya:
Mengadakan diskusi untuk saling bertukar fikiran dan ide-ide. Umpamanya berdiskusi bagaimana cara berdakwah yang tepat di lingkukngan rumah sakit dan fakultas kedokteran.
Melatih dan menumbuhkan keterampilan-keterampilan tambahan bagi mahasiswa, seperti keterampilan berbicara di depan umum, menulis (makalah-makalah dakwah ilmiah), berdiskusi, atau membuat situs dakwah di internet.
Berlomba-lomba antar mahasiswa menghafal Al-Qur'anul Karim.
Mengumpulkan materi-materi ilmiyah untuk di Up Load lewat situs internet yang berisi fatwa-fatwa kedokteran, berikut prakteknya dalam masalah fiqih, pembahasan ilmiah seputar akhlak-akhlak kedokteran, dan adab-adab penelitian ilmiyah. Hendaknya ada tim dokter sukarela mengisi situs ini. Di bangun Web Site yang memadai yang materinya di isi oleh dokter-dokter da'i dan dapat diambil faedah dari pembahasan mereka yang bagus dalam bidang yang khusus mereka geluti agar mereka menjadi teladan untuk generasi berikutnya. Dengan harapan memberi manfaat dari ide-ide yang banyak dan terjalin interaksi dengan mahasiswa yang sama-sama mempunyai semangat dan kepentingan dakwah dari berbagai negeri-negeri Islam. Dan –Alhamdulillah- sebagian mahasiswa telah memulai langkah ini dengan bentuk yang cukup baik. [17]
Belajar metode dakwah yang pernah sukses diterapkan dahulu ataupun sekarang.
Belajar tempat-tempat atau kondisi-kondisi yang tepat untuk berdakwah dari sejarah dan mencoba mempraktekkannya.
Mengunjungi yayasan-yayasan dakwah, berkhidmat dan tolong menolong bersama mereka.
Mengunjungi beberapa tokoh da'i dan berdialog dengan mereka seputar dakwah.
Mengadakan pelajaran dakwah dalam bahasa Inggris.

6,- Hendaknya ada semacam tim rujukan hukum syar'i dan komite dakwah di rumah sakit dan fakultas kedokteran. Tujuannya untuk membantu para mahasiswa dan para dokter menyampaikan isi fikirannya (menanyakan) tentang hal-hal yang mereka temui. Dan membantu mereka mendapatkan penjelasan hukum-hukum syar'i dengan cepat dan mudah, bentuknya bisa berupa sebuah tim yang menjembatani mereka dengan para ulama.

7,- Memanfaatkan saat-saat Co-As seperti yang dimulai pada tahun ketiga. Di mana mahasiswa berinteraksi langsung dengan pasien rumah sakit dan membaca cacatan medik rumah sakit Universitas, dengan beramar ma'ruf nahi mungkar dan menyebarkan keutamaan dan kebaikan, memperhatikan thaharah dan shalat pasien, menganjurkan berjilbab kepada pasien, pengunjung, dan teman-teman wanita dengan hikmah dan nasihat yang baik. Membagikan-bagikan buletin-buletin, kaset-kaset Islamy, setelah meminta persetujuan komite yang berwenang. Maka tahun-tahun belajar ini merupakan kesempatan emas memberi manfaat dan semua kebaikan.

8,- Bersemangat menjawab panggilan adzan. Jangan sampai ada yang melalaikanmu menjawab panggilan adzan dan sholat berjama'ah. Ingatkan setiap orang yang engkau jumpai untuk mengerjakan shalat.


Mahasiswi Kedokteran.

Cukup bagi para mahasiswi kedoketeran apa yang disebutkan di atas dengan sedikit tambahan. Sesungguhnya mereka mahasiswi kedokteran berada di dermaga yang besar dan luas. Hendaklah mereka berakhlak dengan dengan akhlak haya' melebihi wanita-wanita selain mereka.

Mereka adalah wanita-wanita yang belajar untuk memperbaiki citra dokter muslimah, dan agar mereka menjadi dokter-dokter da'iyah dengan akhlak dan perbuatannya. Berapa banyak dari mahasiswi kedokteran dengan akhlaknya, dengan sifat haya' (malu)nya, dengan ilmunya dan kecedasannya dapat mempengaruhi orang-orang berakal... Maka mereka adalah da'iyah yang meluruskan yang senantisa menebar kebaikan di manapun mereka ada dan kemanapun mereka pergi dalam kancah dakwah wanita.

Dan ini beberapa nasihat untuk mereka,

Memakai jilbab syar'i [18] dengan sempurna, dan tetap bertahan memakai jilbab dalam segala situasi, karena berjilbab sudah tehitung berdakwah. Maka hendaklah para mahasiswi merasa bahwa ia sedang beribadah selama dirinya kembali mengenakan jilbab. Bahkan, sebagian mahasisiwi menyebut bahwa jilbabnya yang syar'i dan sempurna adalah alat dakwah yang tidak bersuara kepada pasien dan teman-teman wanitanya.
Berpegang teguh dengan akhlak haya' yang merupakan akhlak terpuji dan menjauhkan diri dari hal- hal yang merobek-robek akhlak haya' tersebut. Bahkan sepantasnya bagi mahasiswi kedokteran untuk menjauh dari setiap orang yang berpotensi melukai dan mengurangi iman. Maka jauhilah ikhtilath (bercampur baur antara laki-laki dan perempuan) dan dosa yang ada di rumah sakit tanpa harus meninggalkan pelajaran. Dan hendaklah pandangannya dijaga dengan adab, jangan melembutkan (memerdukan) suara saat berbicara dengan dosen-dosen mereka (untuk menghindari fitnah).
Bersabar dan berharap pahala yang besar (dari Alloh) atas kesulitan-kesulitan yang mereka alami.
Tetap merasa berwibawa menghadapi orang-orang mengkritiknya dalam setiap kemungkaran yang dia ingkari. Hendaklah ia tetap teguh dalam kebenaran, tidak akan menanggalkan agamanya di manapun ia berada. Sikap cemburunya terhadap kebenaran, dan perlawanannya terhadap kemungkaran adalah agama yang dia beragama kepada Alloh dengannya dan merupakan perkara yang terpuji.
Mempunyai perhatian khusus untuk menguasai segala sesuatu yang berkaitan dengan kedokteran wanita. Tidak hanya kedokteran wanita dan obstetri saja, akan tetapi semua penyakit-penyakit yang terjadi pada wanita dan bagaimana cara bermuamalah dengan wanita. Ia tidak masuk dalam ranah ini kecuali untuk menunaikan fardu kifayah dan memenuhi kebutuhan wanita secara syar'i akan dokter-dokter wanita muslimah.
Punya perhatian khusus untuk mendakwahi teman-teman wanita lainnya, terlebih dalam masalah jilbab yang syar'i dan masalah berbicara dengan kaum laki-laki serta muamalah dengan mereka. Juga, mendakwahi pasien-pasien wanita dan menasehati mereka dari pendapat orang-orang yang menyelishi dan mengkritik jilbab syar'i mereka. Bahkan mengingatkan pekerja-pekerja di rumah sakit akan pentingnya jilbab syar'i, mengajak mereka kepada agama yang benar di tempat-tempat atau di waktu-waktu mereka bisa berkumpul, saat sarapan pagi misalnya.
Bersemangat untuk tetap bisa berhubungan dengan da'iyah-da'iyah lainnya, mengambil faidah dari mereka dengan mengadakan pelajaran-pelajaran di musholla khusus wanita dan mahasiswi yang ada di rumah sakit, serta mengajak teman-teman wanita mengikuti pelajaran tersebut.
Senantiasa berbuat kebaikan saat berada di dalam ataupun di luar ikatan kedokteran. Belajar dari berit-berita dan pengalaman dokter-dokter muslimah yang lebih dahulu berdakwah dan berkonsultasi dengan mereka tentang segala hal yang terjadi pada mereka.

Saudaramu Para Dokter.., Bagaimana Engkau Mendakwahi Mereka..? [19]

Jiwa para dokter adalah jiwa yang paling mudah menerima dakwah, sebgaimana terlihat banyaknya orang-orang shalih di fakultas kedokteran jika dibandingkan dengan fakultas-fakultas lain seperti fakultas adab, ekonomi, atau selainnya. Karena kedokteran dan ilmunya senantiasa mengajak untuk merenungi penciptaan manusia, sakitnya dan sehatnya, hidupnya dan matinya.

Para dokter adalah manusia yang paling tahu tentang kekuasaan Alloh menimbulkan penyakit kanker pada wanita-wanita yang tidak menikah, atau mengurutkan urat nadi yang menopang kehidupan manusia, sebagaimana ungkapan seorang penyair yang mendudukkan orang yang sakit (hatinya) dalam syairnya:

Cukuplah kematian (menjadi peringatan)
bagi orang yang masih punya angan-angan

Sudah cukup jika pada dirimu ada penyakit
melihat kematian sebagai penyembuhnya.

Mendakwahi mereka adalah kewajiban yang paling wajib sebagaimana sabda Nabi Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam : "Agama adalah nasihat", dan mereka adalah manusia yang paling berhak menerima dakwah tersebut karena mereka adalah mitra dan teman kerja. Manusia hidup di tengah-tengah mereka lebih banyak ketimbang dia hidup bersama keluarga atau kerabatnya.

Adalah satu kejanggalan, engkau mendapati sebagian dokter-dokter yang shalih punya semangat yang berkobar (untuk berdakwah) saat bersama manusia di luar lingkungan rumah sakit, akan tetapi di saat yang sama ia tidak punya apa-apa untuk dikhidmatkah di dalam lingkungan rumah sakit, karena (ia takut) akan muncul percekcokan dengan segala bentuknya serta hal-hal negatif lainnya. Sesungguhnya mendakwahi kawan-kawan dokter itu adalah bagian dari Iqomatul Hujjah (menegakkan hujjah agar bisa menjadi alasan kelak di sisi Alloh), sebagaimana yang Alloh firmankan:
وَإِذْ قَالَتْ أُمَّةٌ مِنْهُمْ لِمَ تَعِظُونَ قَوْمًا اللَّهُ مُهْلِكُهُمْ أَوْ مُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا قَالُوا مَعْذِرَةً إِلَى رَبِّكُمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ (الأعراف: 164)
"Dan ingatlah ketika suatu ummat di antara mereka berkata: "Mengapa kalian menasehati kaum yang Alloh akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang sangat keras?" Mereka menjawab: "Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Robb-kalian dan supaya mereka bertakwa" (Al-A'raf: 164).

Dan tidak ada keraguan, bahwa tolong-menolong dalam kebaikan dan takwa bersama kawan-kawan dokter tersebut tersedia pahala yang besar, karena menyebarkan kebaikan dan menghilangkan kemungkaran yang terjadi di lingkungan rumah sakit.

Di antara cara mendakwahi mereka:
- Seorang dokter muslim meluangkan waktu khusus untuk duduk-duduk bersama mereka. Di cari waktu-waktu yang tepat untuk bertemu, jangan bertabrakan dengan waktu-waktu kerja, sehingga hak-hak pasien tidak terabaikan. Kata-kata yang di sampaikan hendaklah kata-kata yang berguna yang banyak manfaatnya.
- Berusaha memenuhi kebutuhan dunia mereka, seperti membantu mengasisiteni ketika bekerja, juga membantu dalam pekerjaan yang butuh untuk saling bergiliran, membantu menyelasaikan masalah-masalahnya, simpati dan menemani mereka saat-saat bersedih.
- Memberikan teladan yang baik dalam urusan dunia dan agama.
- Kunjungan rumah untuk menjalin kasih sayang dan persaudaraan.
- Memberikan hadiah berupa materi seperti rekaman atau buku-buku kedokteran atau hanya sebuah bolpoin misalnya. Dll
- Memberikan hadiah maknawy, seperti mengingatkan mereka untuk berbuat kebaikan. Menunjuki mereka buku-buku atau terbitan-terbitan untuk mengarahkan mereka kepada kebenaran.
- Saling menghormati, menjauhi perkara-perkara remeh yang tak berarti, menghilangkan permusuhan dalam urusan pekerjaan. Menjauhkan diri dari mencari-cari kesalahan. Beberapa perkara ini dan selainnya sepantasnya diterapkan oleh seorang da'i ketika mendakwahi teman-temannya.


Mengapa Kita Harus Optimis Akan Keberhasilan Dakwah di Rumah Sakit-Rumah Sakit..?

Dakwah di rumah sakit punya kemungkinan berhasil lebih besar dibandingkan tempat manapun selainnya. Maka wajib bagi insan-insan kedokteran optimis akan keberhasilan dakwah mereka –dengan izin Alloh-. Alasannya sebagai berikut: [20]
Sesungguhnya orang-orang yang masuk lingkungan rumah sakit walupun bukan seluruhnya adalah orang-orang yang juga sering menghadiri muhadarah-muhadarah (pengajian) atau pelajaran-pelajaran agama dan melakukan shalat berjama'ah.
Sesungguhnya orang yang sedang sakit berada dalam kondisi lemah, maka dia punya telinga yang terbuka mendengarkan setiap ucapan dokter kepadanya.
Ketergantungan pasien dengan dokter, karenanya pasien melihat dokter sebagai penyelamat.
Dari banyaknya dokter yang ada tidak ditemukan di negara ini (kerajaan Saudi Arabia) lebih dari 200 orang sebagai da'i memberi sumbangsih dalam Departemen Urusan Islam. Saat ini terdapat dokter banyak sekali, seandainya mereka menjadi dokter-dokter da'i maka sungguh kita telah melihat hasilnya.
Sesungguhnya di antara manusia ada orang yang hidup menetap dan berpindah-pindah (badui). Di antara mereka ada orang yang enggan datang ke masjid (sehingga dakwah sulit sampai kepadanya). Akan tetapi sakit mengantarkannya ke rumah sakit (sehingga bisa di dakwahi).
Sesungguhnya rumah sakit-rumah sakit pada asalnya bukan tempat yang dipersiapkan untuk berdakwah. (Karenanya setiap orang sakit, suka atau tidak suka dengan dakwah akan tetap datang berobat ke rumah sakit). Maka hendaklah dokter memperbagus pengobatan agar dia dapat menjadi seorang da'i yang menunaikan kewajiban agamanya.
Dokter terkadang mengetahui rahasia-rahasia pasien. Perkara-perkara buruk dan maksiat yang pernah di lakukan biasanya tidak akan diceritakan oleh pasien kecuali kepada dokternya.
Sesungguhnya angin dakwah yang senantiasa dihindari oleh sebagian pasien sehingga dia menjauh dari masjid-masjid dan tempat-tempat dakwah, maka sungguh seorang dokter yang pandai sekaligus da'i yang tepat bisa mendakwahi orang tersebut.
Banyak dokter yang nampak dari mereka tanda-tanda kebaikan dan keshalihan. Walaupun dia tidak berbicara, ia adalah da'i dengan kebaikan dan kesolehannya tersebut. Lalu bagaimana seandainya ia berbicara dan memperbagus bicaranya, memberi nasihat dengan sopan, dan berkata dengan kata-kata yang baik..?? Maka teladan yang baik adalah seagung-agung wasilah dakwah, saat ia diam atau berbicara, saat berdiri atau duduk, saat tenang atau bergerak.





[1] Ar-radd 'alaa Jahmiyah wa Zanaadiqah: Imam Ahmad bin Hambal

[2] HR. Muslim (2/21-25 Nawawy), dari Hadits Abu Sa’id al-Khudri

[3] Dokter dan Dakwah Ilalloh, Doktor Hasan Ali az-Zahroni. Majalah Al-Bayan Edisi 58 Jumadil Akhir 1413 H

[4] Kedudukan Ilmu Kedokteran: Abdul 'Aziz Muhammad bin Abdillah As-Sad-han, Buku: Masalah-Masalah Kedokteran, tulisan DR. Ali bin Sulaiman Ar-Rumaikhan.

[5] Apakah orang-orang Nasrani lebih unggul: Syaikh Khalid bin 'Abdurrahman As-Syaayi'. Risalah muktamar ketiga dokter-dokter Haramain (Saudi Arabia). Rojab 1423 H

[6] Idem

[7] Wanita Muslimah dalam Dunia Kedokteran, Harapan & Kaidah-Kaidah. Oleh: syaikh DR. Abdulloh Wakil As-Syaikh. Muhadharah berisi daurah persiapan dakwah u/ orang kedokteran. Diselenggarakan oleh Depertemen Kesehatan Saudi Arabia lewat Muassasah Haramain Al-Khairiyyah.

[8] Kedudukan Ilmu Kedokteran: Abdul 'Aziz Muhammad bin Abdillah As-Sad-han, Buku: Masalah-Masalah Kedokteran, tulisan DR. Ali bin Sulaiman Ar-Rumaikhan.


[9] "George" dan "Smith" kiasan untuk orang-orang Barat, artinya: Banyak dokter menganggap seolah-olah apa yang dibuat dan dicetuskan orang-orang Barat mutlak lebih baik dan harus ditiru, padahal tidak demikian. Kedokteran yang dikelola sesuai syariat Islam tentu lebih baik dan lebih unggul.
Di sampaikan oleh yang Mulia DR. Ma'mun Qarmaly, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Raja Su'ud. Muktamar ketiga dokter-dokter Haramain, Rojab 1423 H

[10] Peran dokter muslim dalam menyebarkan pengajaran-pengajaran Islam: DR. Hamdi Mas'ud, Perancis (dengan perubahan)

[11] Idem

[12] Syaikh Muhammad bin Shalih al-Munajjid, Hafizhahulloh

[13] Dakwah Ilalloh dalam kehidupan sehari-hari, DR. Yusuf bin Abdulloh at-Turky

[14] Peringatan dan Nasihat At-Thanthawy, Syaikh Ali at-Thanthawy Rahimahulloh.

[15] Seni Berdakwah Kepada Alloh di Rumah Sakit, Syaikh Abdul Malik al-Qosim. Muhadharah Muktamar ketiga dokter-dokter Haramain (Kedokteran dan Dakwah: Seiring Sejalan) 1423 H.

[16] Web Site Syaikh Muhammad ad-Duwaisy : www.dwesh.com.

[17] Dari situs yang baru yang sangat bagus. Sebagian mahasiswa ikut berperan membuatnya. Web site dokter da'i : www.saaid.net. Web site dokter-dokter haramain: www.dr.alharamain.org

[18] Syarat-Syarat Jilbab yang Syar'i:
Hendaklah menutup seluruh tubuh kecuali yang dikecualikan syariat. Sebagian ulama berpendapat kecuali wajah dan telapak tangan. Sebagian yang lain mengatakan wajah termasuk yang harus ditutupi.
Tidak tipis yang menyebabkan kulit terlihat
Bukan termasuk perhiasan
Longgar dan tidak ketat sehingga tidak terlihat lekuk-lekuk tubuh.
Tidak menggunakan harum-haruman.
Tidak menyerupai pakaian laki-laki
Tidak menyerupai pakaian wanita kafir
Bukan pakaian Syuhroh (pakaian kebesaran)
(Jilbab Al-Mar-atul muslimah: Syaikh Al-Albani)

[19] Dokter dan Dakwah Ilalloh, Doktor Hasan Ali az-Zahroni. Majalah Al-Bayan Edisi 58 Jumadil Akhir 1413 H


[20] Seni Berdakwah Kepada Alloh di Rumah Sakit, Syaikh Abdul Malik al-Qosim. Muhadharah Muktamar ketiga dokter-dokter Haramain (Kedokteran dan Dakwah Seiring Sejalan) 1423 H. (dengan perubahan ringan)


artikel dari:
http://saaid.net/tabeeb/27.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar